Selasa, 20 Maret 2012

Persiapan Dalam Menulis Karya Ilmiah dan Teknik Penulisan Ilmiah Populer


Tips persiapan dalam menulis karya ilmiah populer adalah trik dan kiat yang harus dipahami , diciptakan keberadaannya dan dikondisikan sedemikian rupa sehingga memperlancar terwujudnya sebuah karya tulis hingga tersaji pada halaman media masa yang selanjutnya sampai di meja pembaca.
1.      Kumpulkan Informasi
2.      Peka Melihat Keadaan
3.      Buat Klipping Artikel Pendidikan
4.      Mencari Tahu Langsung kepada Penulis
5.      Memahami Karakteristik Media Masa
6.      Catat Alamat Redaksi Media Masa
7.      Rajin Baca Referensi
8.      Consisten Mau Menulis
Tehnik Penulisan Ilmiah Populer

Pendahuluan
Istilah karya ilmiah digunakan untuk sebuah tulisan yang mendalam sebagai hasil mengkaji dengan metode ilmiah. Dalam hal ini bukan berarti bahwa tulisan itu selalu berupa hasil penelitian ilmiah. Sebagai contoh tulisan yang berupa petunjuk teknik atau bahkan cerita pengalaman nyata dan pengalaman biasa, yang bukan hasil penelitian ilmiah tetapi disajikan dalam bentuk yang mendalam sebagai hasil ilmiah. Itulah sebabnya tulisan tentang bagaimana bercocok tanam jagung, pemeliharaan ikan bandeng, proses pembuatan es, dapat disajikan secara ilmiah.
Sedangkan istilah tulisan ( karya tulis) dimasukkan, untuk menyatakan karangan yang disusun berdasarkan ide penulisnya yang diperkuat oleh data serta pernyataan dan gagasan orang lain. Itulah sebabnya kita mengenal istilah penulis. Dalam hal ini harus dibedakan antara penulis dengan pengarang. Penulis di samping mengungkapkan ide yang terkandung di dalam dirinya, dapat juga ide tersebut didukung oleh gagasan dan pernyataan orang lain, bahkan kadang-kadang penulis hanya mengkombinasikan pendapat dari banyak orang, serta didukung oleh informasi yang diolah dalam bentuk baru dan utuh.
Ciri khas sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan metode ilmiah ialah keobyektifan pandangan yang dikemukakan, dan kedalaman makna yang disajikan. Keobyektifan dan kedalaman, dua hal yang senantiasa diusahakan agar tulisan dapat dirasakan ilmiah. Sedangkan pengarang semata-mata mengungkapkan pernyataan dan pendapat berdasar ide yang mencuat dari dalam dirinya, tanpa didukung oleh data dan informasi yang jelas.

Sebuah tulisan akan dirasakan ilmiah apabila tulisan itu mengandung kebenaran secara obyektif, karena didukung oleh informasi yang sudah teruji kebenarannya (dengan data pengamatan yang tidak subyektif) dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran dan analisa yang mampu menukik ke dasar masalah. Tulisan ilmiah akan kehilangan keilmiahannya apabila yang dikemukakan ilmu (teori dan fakta) pengetahuan saja yang sudah diketahui oleh umum dan berulang kali dikemukakan.
Penulisan ilmiah menuntut adanya keterampilan khusus dari penulisannya, karena di samping harus mengumpulkan data, menganalisa data, dengan menggunakan metode ilmiah juga menyajikan dalam bentuk tulisan. Bahasa dalam karya ilmiah dituntut lugas/harfiah makna kata-katanya. Atau boleh dikatakan pembaca tidak menafsirkan arti kata-katanya satu persatu. Itulah sebabnya tulisan ilmiah mengandung makna denotataif.

Memilih Tema
Pertama-tama yang perlu dipersiapkan sebelum menulis yaitu menentukan tema. Pokok persoalan yang akan ditulis harus jelas agar nantinya di dalam mengerjakannya tidak salah tafsir dan salah dalam mengumpulkan data serta arah tulisan tersebut. Mengenai tema tulisan, memang kadang- kadang kita harus menentukan sendiri tetapi juga tidak jarang yang mendapat pesanan dari pembimbing, lengkap dengan topiknya.
Menurut arti katanya tema berarti subyek atau pokok pembicaraan. Tema adalah suatu pemberitaan yang khusus, sebuah pengalaman, proses, atau sebuah ideo di dalam karya ilmiah (termasuk karya tulis) tema selalu menjadi judul karya tersebut.
Mengenai tema atau pokok persoalan mana yang akan ditulis, sebenarnya sumber-sumber ada di sekitar kita menyediakan bahan yang tidak akan habis untuk kita tulis. Segala sesuatu yang menarik perhatian kita, pengalaman dimasa lampau atau masa kini dapat dijadikan tema tulisan. Beberapa jenis tema yang biasa dipakai dalam penulisan ialah autobiografi, atau tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif-neratif lainnya.
Apabila kita memilih tema ekspositoris (yang bersifat informatif) maka tema tersebut akan diuraikan dalam suatu proses, misalnya bagaimana memimpin perusahaan, bagaimana beternak kelinci, bagaimana menanam jamur, dan sebagainya.
Bagi suatu tulisan ilmiah topik haruslah dibatasi, baik ruang lingkup (scope) maupun istilah yang dipakainya semakin sempit ruang lingkup permasalahannya, menjadi semakin menguntungkan karena akan semakin mudah didalam mempertanggung jawabkannya. Di dalam memilih tema hendaknya kita memperhatikan beberapa pedoman seperti dibawah ini :
1. Tema hendaknya sesuai dengan profesi/spesialisasi kita masing-masing.
2. Tema hendaknya dipilih dari masalah yang aktual supaya selalu menarik.
3. Sesuatu tema tulisan hendaknya mempunyai ruang lingkup dan masalah yang terbatas, makin sempit ruang lingkup makin baik.
4. Pilihlah tema yang bahan-bahan mudah diperoleh dan dapat dikuasai.
5. Tiap-tiap istilah yang di anggap penting dalam judul tulisan (yang merupakan cerminan tema) haruslah diberi batasan arti supaya tidak timbul penafsiran yang salah dari pihak lain.
Di pihak lain, tema yang baik haruslah mempunyai ciri-ciri positif sebagai berikut :

1. Kejelasan
Kejelasan merupakan hal yang esensial bagi sebuah tulisan yang baik. Kejelasan dapat dilihat dari ide sentralnya, melalui subordinasinya, maupun kalimat-kalimatnya. Struktur kalimat harus matang dan bervariasi, karena dengan demikian tampak bahwa penulisannya telah memikirkan sematang- matangnya sampai kepada kalimat-kalimatnya.

2. Kesatuan dan Keharmonisan
Sebuah tulisan yang baik harus tetap membatasi dirinya dalam mengemukakan ide tunggal, sehingga karena ia bertolak dari ide tunggal maka pembaca-pembaca justru dapat menyimpulkan karangan itu dalam sebuah kalimat tunggal.

3. Kesalahan yang seeing dibuat adalah mengenai perkembangan.
Kesatuan dapat dicapai dengan beberapa latihan singkat, tetapi membuat perincian sedetil-detailnya merupakan hal yang sangat sulit. Penulis tentu tahu tentang masalah yang ditulisnya, tetapi pembaca belum tentu dapat memahami maksud pengarang. Itulah sebabnya diperlukan adanya perincian-perincian yang konkrit dan teratur dari pokok-pokok persoalan tersebut.

4. Keaslian
Tema yang baik harus mengandung keaslian. Keaslian mungkin terletak pada topiknya, segi pandangannya, tetapi dapat juga terdapat dalam pendekatannya dalam rangkaian kalimat-kalimat atau pilihan judulnya.
Merencanakan Penulisan Ilmiah
Seorang Insiyur teknik sipil yang akan membangun jembatan atau gedung, ia akan membutuhkan sebuah perencanaan yang serius. Demikian Juga seorang penulis sebelum ia melakukan tugasnya hendaklah merencanakan segala sesuatu berkenaan karyanya. Agar pembicaraan menjadi teratur diperlukan suatu susunan atau yang lebih dikenal dengan sistematika. Untuk itu, sebelum mulai menulis baiklah dibuat lebih dahulu garis besar karangan. Garis besar karangan, yang didalam bahasa lnggris disebut 'Outline" yang dianggap sebagai rencana kerja sebelum penulis mulai melangkah. dapat menolong penulis menyusun pikirannya.
Seorang penulis profesional memang tidak membutuhkan lagi garis besar, mereka terus menghadapi mesin ketik dan yang hendak ditulisnya seakan meluncur begitu saja, tanpa tersendat-sendat. Akan tetapi jumlah mereka tidaklah banyak. Pada umumnya kita membutuhkan waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan untuk melahirkan sebuah karya. Dalam hal ini garis besar sangat menolong sekali, teristimewa lagi bagi penulis pemula. Garis besar, yang boleh dikatakan bagian umum suatu rencana, kelak setelah karya tersebut selesai sejajar dengan isi atau malah menjadi "daftar isi" karangan tersebut.

Kegunaan Garis Besar :
1. Dengan membuat garis besar maka akan kelihatan maksud tulisan tersebut, atau jika maksud tersebut telah ditetapkan dalam pikiran maka kita harus mengarah pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Dari garis besar akan kelihatan juga penentuan persoalan dan pembatasannya.
3. Garis-garis juga memberikan kemungkinan untuk kalimat hal-hal apa (misalnya buku-buku bacaan) yang diperlukan untuk menulis, atau hendaknya apa yang diperlukan, serta metode yang sesuai untuk memecahkan persoalan tersebut.
4. Garis besar memungkinkan kita meninjau perimbangan bab-bab atau bagian-bagian dalam karangan tersebut. Kita dapat merencanakan berapa halaman panjangnya, menurut suatu perimbangan yang baik.
5. Garis besar memperlihatkan juga pemecahan persoalan (kesimpulan)
6. Dengan menghadapi sebuah garis besar penulis dapat melihat dengan jelas matei-matei yang diperlukan, serta materi-materi yang telah diperoleh harus dimasukkan dalam bab-bab yang mana. Dengan demikian nantinya sebuah karya ( karangan) akan kelihatan teratur, mempunyai hubungan timbal balik, dan tepat pada sasarannya.

Kita mengenal bermacam-macam garis besar. Namun didalam karangan ini disebutkan dua macam, yaitu garis besar ringkas dan garis besar terurai.
Contoh garis besar terurai :
1. Pengertian koran masuk desa
    a. KMD sebagai sarana informasi, pendidikan, dan sosial kontrol
    b. KMD bukan berarti koran dibagikan pada masyarakat desa
2. KMD ( Koran Masuk Desa) sebagai sarana pembangunan
    a. Usaha merangsang masyarkat pedesaan untuk membangun
    b. Menjadikan desa sebagai subyek
3. KMD sebagai arena promosi pembangunan
    a. Apa yang dimuat dalam KMD
    b. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membangun.

Contoh-contoh Garis besar ringkas :
1. KMD - pengertiaannya
    a. Sarana informasi, pendidikan, dan sosial kontrol
    b. Bukan berarti dibagi-bagikan
2. KMD - sebagai pembangunan
    a. Merangsang masyarakat
    b. Menjadikan subyek
3. KMD - arena promosi
    a. Apa yang dimuat
    b. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat.
4. Kesimpulan.
Melihat kedua contoh di atas jelas bahwa antara garis besar terurai dengan garis besar ringkas lebih menguntungkan garis besar terurai. Di satu pihak garis besar terurai merupakan kalimat-kalimat selesai, sehingga nantinya di dalam mengerjakannya tidak akan timbul keragu-raguan lagi. Di pihak lain garis besar ringkas hanya tercantum kepala-kepala persoalan yang memungkinkan kita tidak ingat lagi dalam waktu beberapa hari saja. Itulah sebabnya garis besar terurai di dalam merencanakan karya ilmiahnya.
Oleh sebab itu sebagai penulis katakan di atas bahwa garis besar adalah sesuatu yang dapat menolong pengarang/penulis didalam jalan pikirannya. maka garis besar selamanya dapat diubah. dan kalau perlu dirombak . apabila tidak sesuai dengan jalan pikiran kita. Itulah sebabnya kadang-kadang kita membuat garis besar/outline yang baru setelah karya tersebut selesai kita kerjakan. Sekali lagi jangan dilupakan bahwa garis besar hanyalah alat penolong, bukan tujuan.

Syarat-syarat garis besar yang baik
Sebelum kita melangkah pada masalah bagaimana kita memperoleh data untuk penyusunan penulsan ilmiah. sebaiknya kita membicarakan tentang garis besar outline yang baik. Sebenarnya di dalam membicarakan perencanaan garis besar telah disinggung pula mengenai persyaratan untuk menyusun garis besar. Tetapi untuk mendapatkan gambaran secara khusus maka hal itu akan kita bicarakan secara tersendiri. Lepas dari besar kecilnya garis besar yang dibuat. sebuah garis besar/outline haruslah memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

a. Tiap unit (satuan) garis besar harus mengandung hanya satu ide.
Di dalam tiap unit garis besar tidak boleh memiliki lebih dari satu ide pokok. Akibatnya tidak boleh ada pokok yang terdiri atas dua kalimat atau topik. Kalau terjadi maka ide pokok tersebut haruslah dipecah ke dalam dua topik atau dua kalimat. Apabila dua ide pokok tersebut dibiarkan dalam satu unit maka hubungan strukturnya tidak akan tampak jelas. Oleh sebab itu kalau terjadi hal yang demikian maka garis besar tersebut harus segera direvisi (diperbaiki). Bila kedua ide tersebut berada dalam situasi yang setara, maka masing-masingnya harus ditempatkan pada urutan simbol yang sama derajatnya. Namun apabila berbeda maka ide-ide tersebut haruslah ditempatkan dalam simbol yang berbeda derajatnya.
Agar memperoleh gambaran secara nyata maka perhatikan contoh berikut :

Tema
a. Kekerasan hidup
    1. Manusia dalam proses pencarian identitas dirinya.
    2. Kesulitan manusia dalam berhubungan dengan sesamanya.

b. Keingintahuan manusia terhadap segala sesuatu
    1. Segala yang dipikirkan orang lain
    2. Apa yang dirasakan oleh orang lain

c. Pokok-pokok dalam garis besar harus disusun secara logis.
Persoalan-persolan atau fakta-fakta yang dicatat dibawah judul utama haruslah merupakan bawahan langsung dan tidak boleh sama pentingnya dengan judul utamanya. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam bab-bab tersebut mengarah pada sasarannya. Demikian juga tiap pokok tambahan haruslah secara langsung menunjang atau mendukung dan memperkuat pokok yang penting, sehingga urut-urutannya logis.

d. Harus mempergunakan pasangan simbol yang konsisten
Seperti tampak pada contoh-contoh sebelumnya, tiap pokok harus disusun dalam saris vertikal yang berlainan sehingga simbol-simbolnya dapat dikelihatan dengan jelas. Satu hal yang tidak boleh dilakukan yaitu mengubah pasangan tersebut di tengah-tengah saris besar/outline. Pokok- pokok yang mempunyai kepentingan sama harus diberi simbol sama, sedangkan pokok-pokok yang berbeda kepentinganya haruslah diberi simbol yang berbeda.
Untuk melengkapi persyaratan garis besar/outline yang baik maka penulis akan menyajikan contoh garis besar formal. Kalau pada bagian terdahulu telah memamparkan adanya garis besar ringkas dan garis besar terurai, sebenarnya garis besar tersebut merupakan garis besar sementara. Oleh sebab itu garis besar tersebut harus dikongkritkan ke dalam garis besar formal.
Dalam garis besar formal proses perencanaannya hampir sama dengan garis begat sementara. Perencanaannya terletak perumusan tema dengan cermat dan tepat, kemudian dipecah-pecah ke dalam bagian-bagian bawahan (subordinasi) yang harus dikembangkan dapat diperinci ke dalam bagian yang lebih kecil sejauh diperlukan untuk menguraikan persoalan tersebut sejelas-jelasnya.

Tata Tulis Penulis Ilmiah
Dalam ini akan penulis uraikan tentang susunan naskah karya tulis atau laporan kerja atau skripsi itu, terutama dari segi tekniknya. Isinya tentu tergantung pada pokok pilihan (maha-)siswa sendiri. Dalam hal ini penulis tidak akan menyinggung-nyinggung bagaimana meletakkan koma, titik, tanda tanya, serta tanda baca yang lain. Hal itu jelas termasuk dalam bidang Ejaan Yang Disempurnakan, dan menjadi tugas guru bidang studi bahasa Indonesia.

Ketika kita membaca sebuah karya tulis atau karya ilmiah yang lain, kadang-kadang kita menemukan adanya karangan yang kering sekali. Ada kemungkingan juga kurang menimbilkan selera pembaca. Namun ada juga tulisan yang menggunakan bahasa yang memikat, segara, dan menarik perhatian. Oleh sebab itu disamping memeprhatikan segi isi, sebuah karya tulis juga harus memperhatikan gaya bahasa (teknik penyampaian).
Menulis bukan semata-mata sebagai pengungkapan diri, namun juga berarti komunikasi. Dalam hal ini juga harus diperhitungkan juga siapa calon pembaca tulisan kita. Hendaknya diusahakan agar pembaca tidak salah paham di dalam menangkap makna kalimat-kalimat yang kita tampilkan. Apabila tulisan kita tidak dipahami pembaca yang kita tuju maka tulisan kita tidaklah mempunyai arti.
Sebuah tulisan yang berbentuk karya tulis atau skripsi pembacanya terbatas pada lingkungan tertentu. Namun demikian gaya bahasa yang kita pergunakan memberi kemungkinan yang menarik bagi calon pembaca. Kendatipun bagaimana, sebuah gaya bahasa yang hidup dan bertenaga jauh lebih memikat dari padam tulisan yang kering hal pengungkapan. Dalam hal ini bukan hanya apa yang akan kita ungkapkan yang penting, tetapi juga bagaimana cara mengatakannya. Gaya bahasa ini berkaitan erat dengan pribadi pengarangnya.

- Pemilihan Kata-kata
Kata-kata yang akan kita tampilkan dalam sebuah tulisan turut menentukan nilai sebuah tulisan. Sebuah pikiran yang berharga, kadang- kadang menjadi tidak berarti, karena kata-kata yang untuk menjelaskannya tidak atau kurang tepat. Mengenal kata-kata untuk menjelaskan sesuatu, hal ini penting bagi seorang pengarang. Memang kata-kata itu tersusun di dalam kalimat. Namun kata-kata itu juga mempunyai tenaga juga. Tetapi bukan kata-kata yang mentereng yang kita perlukan. perhatikan kutipan di bawah :
Dalam hal ini, tubuh manusia dapatlah diumpamakan sebagai modil. Agar dapat berjalan, mobil membutuhkan bensin, oleh karena bensin merupakan bahan bakar bagi mobil. Begitu juga manusia agar dapat berjalan, bergerak, berlari,dan sebagainya dibutuhkan bahan bakar. Bahan bakar bagi manusia bukanlah bensin seperti modil, melainkan bahan makanan yang cukup mengandung bahan bakar yaiatu bahan makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Bagi mereka yang pekerjaan sehari-harinya banyak mengeluarkan tenaga yang berat-berat, perlu makanan bahan bakar yang banyak yaitu harus makan makan nasi, jagung, atau ketela.
Sebenarnya apa yang hendak dikatakan penulis adalah sederhana, yaitu manusia pada dasarnya membutuhkan bahan makana yang berupa karbohidrat dan lemak. Hanya itu saja. Tetapi penulis mencoba menhadirkan suasana hidup, dengan menampilkan kata-kata yang metaforis, yang mempersonifikasikan manusia dengan mobil.Sebuah kutipan lagi :
Membicarakan diri seorang anak dihadapannya bersama orang lain, menurut metodik tidak bijaksana. Seorang anak akan merasa terhina kalau mengetahui bahwa kesalahan-kesalahannya disiarkan. Tetapi sebaliknya kalau kebaikan-kebaikannya yang dipamerkan di hadapan orang lain ia akan menjadi sombong sehingga tidak perlu perbaikan lagi. Sebaiknya panggilah anak itu untuk membicarakan kekurangan-kekuranganya tanpa kehadiran orang lain.
Kata-kata yang ditampilkan sederhana, dalam arti bahasa keserasian. Namun makna yang dikandung jelas, tidak membigungkan pembaca. Kalimat- kalimat seperti di atas nampak memikiat karena sebagai pengungkapan pikiran pembaca tidak salah di dalam menafsirkan maknanya.
Dalam hal ini memang tidak dapat dipastikan kalimat yang bagaimana yang hams dipergunakan. Hal ini tergantung pada diri penulisnya. Ada penulis yang senang menggunakan kalimat-kalimat yang menyeret emosi pembaca sehingga membangkitkan gairah pembaca untuk membaca secara keseluruhan. Tetapi ada juga penulis yang senang menampilkan kalimat-kalimat yang mengandung kejelasana arti. Dalam hal ini yang penting bahwa kalimat-kalimat yang dipergunakan harus mengandung kejelasan arti mengingat penulisan ilmiah berbeda dengan karya fiksi.

- Penggunaan Alinea
Dalam satu alinea harus ada satu pikiran utama. Pikiran utama tersebut tercermin di dalam kalimat utama. Sedangkan kalimat-kalimat yang lain dalam alinea tersebut hanyalah berfungsi sebagai kalimat penjelas atau pengembangan. Itulah sebabnya sebuah tulisan lDl berguna untuk memudahkan pembaca di dalam memahami makna tulisan tersebut.
Dalam hall ini yang perlu diingat sekali lagi, bahwa setiap alinea hanya ada satu pikiran utama. Apabila ada pikiran utama yang lain sebaiknya diturunkan kedalam alinea berikutnya. Sedangkan letak kalimat utama tersebut dapat diawal atau di akhir alinea. Hal ini tergantung pada keturunan dan kejelian penulis di dalam mengolah tema tersebut.

- Pembagian Penulisan
Mengerti jenis tulisan berdasarkan fungsinya dan ukuran tulisan yang baik tidak cukup seseorang untuk memulai belajar menulis. la harus tahu juga tentang kaidah tulisan secara umum. Kaidah itu menyangkut struktur tulisan yaitu adanya, pembukaan atau pendahuluan atau pengenalan; inti/pembahasan atau pengembangan; dan penutup atau kesimpulan. Ibarat melakukan suatu perjalanan, seseorang yang akan menulis harus mengetahui terlebih dahulu, kemana ia akan pergi dan melalui jalan mana ia akan mencapai tujuan.

Tiga struktur dalam satu tulisan itu juga dapat di ibaratkan sebagai perjalanan mendaki gunung, pendahuluan merupakan pembuka jalan, makin lama makin mendekati puncak dan kemudian berhenti. Bagian-bagian dalam satu tulisan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pendahuluan,
 merupakan pembuka suatu proyek persoalan yang akan dibahas dalam tulisan. la tidak boleh terlalu panjang apalagi memasuki pembahasan pokok persoalan. la hanya merupakan pengenalan ke arah yang akan dituju oleh penulis dalam tulisannya. Di dalam pendahuluan, dilakukan pembatasan masalah dan pengertian-pengertian sehingga pembaca sudah dibawa ke arah tertentu. Perkiraan persentase pendahuluan dari suatu keseluruhan tulisan antara 20 sampai 25 persen.


b. Inti/pembahasan
pengembangan merupakan tahap pemasaran pokok persoalan. Bagian in kadangkala di sebut inti, pembahasan atau pengembangan. Penyebutan seperti itu tidak terlalu menjadi soal, yang penting ia dimengerti sebagai bagian yang berisi paparan persoalan pokok. Di bagian ini penulis menjalin gagasan secara sistematis dan logis dan menuangkan seluruh pemikirannya tentang pokok yang dibahas, untuk menuju kepada satu klimaks. Untuk mencapai klimaks, kelancaran ide harus tercermin, mengalir seperti air sungai. Persentase bagian ini antara 60- 70 persen dari seluruh tulisan.

c. Penutup/kesempatan
 merupakan bagian akhir tulisan yang berisi kesimpulan, saran atau pendapat penulis tentang pokok persoalan yang dikemukakannya sebagai arahan bagi pembaca. Ada dua cara menuliskan penutup. Pertama, penutup yang bersifat terbuka, yaitu dengan memberi peluang atau kesempatan kepada pembaca agar menarik kesimpulan sendiri mengenai pokok persoalan yang dibahas. Kedua, penutup yang bersifat tertutup, yaitu penutup tulisan yang menyodorkan pendapat yang bersifat akhir. Pendapat yang bersifat akhir itu dibuat penulis dan disodorkan kepada pembaca tanpa ada kesempatan bagi pembaca untuk menarik kesimpulan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
·         Assegaf, Jaffar.1989. Teknik Penulisan Dan Jurnalistik. Bandung :Remaja Karya .
·         Mangunharjana, AM,1986. Teknik Menambah Dan Mengembangakan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Kanisius.
·         Sudikan, Yuwana Setya ,1984. Penuntun Penyusunan Karya Ilmiah. Semarang: Aneka Ilmu.
·         Siregar, Ashadi,1982. Bagaimana Menjadi Penulis Media Massa. Jakarta : Karya Unipers.
·         Susanto, Astrid,1987. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar Harapan.
·         Vrendenbrect,1984. Metode Dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.Didalangi oleh Rakamaru wanci 21:30

·         enewsletterdisdik.wordpress.com/.../tips-persiapan-menulis-karya-ilm...
·         raxanimasi.blogspot.com/2010/.../persiapan-penulisan-karya-ilmiah.h...

SIKAP ILMIAH

Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan sikap sebagai : “ An attitude ia an idea charged with emotion which predis poses a class of actions to aparcitular class of social situation” .
Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain :
1.      Sikap ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
2.      Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
3.      Sikap ingin menemukan : Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
4.      Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

5.      Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.
Lebih rinci Diederich mengidentifikasikan 19  komponen sikap ilmiah sebagai berikut :

·         Selalu meragukan sesuatu
·         Percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah.
·         Selalu menginginkan adanya verifikasi eksprimental.
·         T e k u n.
·         Suka pada sesuatu yang baru.
·         Mudah mengubah pendapat atau opini.
·         Loyal etrhadap kebenaran.
·         Objektif
·         Enggan mempercayai takhyul.
·         Menyukai penjelasan ilmiah.
·         Selalu berusaha melengkapi penegathuan yang dimilikinya.
·         Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan.
·         Dapat membedakan antara hipotesis dan solusi.
·         Menyadari perlunya asumsi.
·         Pendapatnya bersifat fundamental.
·         Menghargai struktur teoritis
·         Menghargai kuantifikasi
·         Dapat menerima penegrtian kebolehjadian dan,
·         Dapat menerima pengertian generalisasi

Kesalahan dalam penulisan Karya Ilmiah
Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat penyelesaiannya adakan dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan. Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut banyak hal, dapat berupa diksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.
Berbagai kendala yang jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut :
- salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,
- salah dalam menyusun struktur pelaporan,
- salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat),
- salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
- penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar,
- tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri),
- tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah).

Referensi
·         skinhead4life-carigaragara.blogspot.com/.../hakikat-karya-ilmiah-ciri..
·         blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/

Senin, 19 Maret 2012

Ciri - Ciri Karya Ilmiah


Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Kaya tulis ilmiah berbeda dengan karya tulis jurnalistik. Karya tulis ilmiah juga berbeda dengan karya tulis prosa fiksi. Perbedaan itu terlihat pada hal-hal berkut.
  • Apabila karya tulis jurnalistik mendeskripsikan objek atau menceritakan peristiwa sebagai tujuan utama penulisan, karya tulis ilmiah mendeskripsikan objek atau menceritakan peristiwa sebagai bukti yang mendasari penyimpulan sebuah teori. Oleh karena itu, tugas jurnalis adalah “memfoto” fenomena apa adanya, tanpa diikuti komentar atau analisis teori. Sebaliknya, tugas ilmuwan atau akademisi adalah menganalisis fenomena berdasarkan teori tertentu.
  • Apabila karya tulis prosa fiksi menonjolkan ekspresi emosi atau perasaan, karya tulis ilmiah menonjolkan ekspresi akal pikiran. Oleh karena itu, pengarang prosa fiksi bebas mengekspresikan imajinasinya yang subjektif. Sebaliknya, penulis karya ilmiah bebas mengekspresikan analisis logis yang objektif.
Apa pun jenis karya ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan atau akademisi – sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya – harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
  • Objektif. Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga, setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek kebenaran dan keabsahanya.
  • Netral. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat ‘mengajak’, ‘membujuk’, atau ‘mempengaruhi’ pembaca dihindarkan.
  • Sistematis. Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
  • Logis. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
  • Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan. 
  
Menurut sifatnya, karangan ilmu pengetahuan itu dapat dibedakan menjadi dua:

a.Karangan ilmiah
karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyejikan fakta umum dan ditulis menurut metodelogi penulisan yang benar. Karangan ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.
b. Karangan non-ilmiah
Karangan non-ilmiah bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan non-ilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal.
  • Secara umum, dalam berbagai bidang ilmu, hal yang paling utama adalah pembuktian teori. Biasanya, pembahasan, pengujian, atau diskusi mengenai suatu teori dari suatu bidang ilmu, dielaborasi dalam sebuah tulisan. Tulisan inilah yang biasanya disebut sebagai karangan ilmiah. Kenapa karangan? Karena biasanya ada hipotesis yang diajukan sebagai tantangan terhadap teori yang ingin diuji. Hipotesis artinya dugaan. Tapi jangan lupa kata "ilmiah"nya, yang menjadi batasan ketat, walau pun tantangan terhadap teori berupa dugaan, tapi tetap ada dasar logikanya kenapa sampai punya dugaan seperti itu.
    Itulah kenapa karangan ilmiah tidak bisa dilepaskan dari proses pengkajian ilmu
Referensi
·         hanifahmadi.blogspot.com/2011/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html
·         skinhead4life-carigaragara.blogspot.com/.../hakikat-karya-ilmiah-ciri

Pengertian Karya Ilmiah dan Macam –Macam karya ilmiah


Pengertian Karya Ilmiah adalah Sebuah karya tulis yang mana didalam isinya mengungkapkan suatu pembahasan yang lengkap dan secara ilmiah yang dituliskan oleh seorang penulis. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.Karya ilmiah juga biasanya ditulis untuk mencari sebuah jawaban mengenai sesuatu hal yang di teliti dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan tersebut. Biasanya tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis oleh orang lain agar terlihat beda dan terkesan baik.
Istilah karya ilmiah adalah mengacu kepada sebuah karya tulis yang menyusun dan menyajikan berdasarkan pada suatu kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Didalam sebuah penulisan karya ilmiah, baik makalah maupun laporan penelitian biasanya telah didasarkan pada suatu kajian ilmiah dan cara kerja yang ilmiah.

Macam-macam Karya Ilmiah
1.      Artikel Ilmiah Popular
Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah
popular biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis.

Contoh kata ilmiah kata popular :
analogi kiasan
anarki kekacauan
bibliografi daftar pustaka
biodata biografi singkat
definisi batasan
diskriminasi perbedaan perlakuan
eksentrik aneh
final akhir
formasi susunan
format ukuran
friksi bagian, pecahan
indeks penunjuk
konklusi kesimpulan
kontemporer masa kini, mutakhir
kontradiksi pertentangan
menganalisa menguraikan
prediksi ramalanpasien orang sakit

Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya.
Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan karena itu, jurnal-jurnal ilmiah mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum sebuah artikel dapat dimuat. Pada setiap komponen artikel ilmiah ada pehitungan bobot. Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah terakredetasi sangat menjaga pemuatan artikel. Akredetasi jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan atau bertaraf internasional. Bagi ilmuwan, apabila artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal internasional, pertanda keilmuawannya ‘diakui’.

2.      Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.
Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan metodolologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahahisiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah, berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.

3.      Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan baru’.
Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada metodologi; metodologi penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan instrumen, mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan rekomendasi.
Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri —sekalipun dipandu dosen pembimbing— menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.

4.      Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi.
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

5.      Kertas Kerja
Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.

6.      Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka.
Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa.
Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas pekuliahan. Karena itu, aturannya tidak seketad makalah para ahli. Bisa jadi dibuat berdasarkan hasil bacaan tanpa menandemnya dengan kenyataan lapangan. Makalah lazim dibuat berdasrakan kenyatan dan kemudian ditandemkan dengan tarikan teoritis; mengabungkan cara pikir deduktif-induktif atau sebaliknya. Makalah adalah karya tulis (ilmiah) paling sederhana.

Referensi
·         putraaldy.blogspot.com/
·         blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/
·         skinhead4life-carigaragara.blogspot.com/.../hakikat-karya-ilmiah-ciri..