Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.[1] Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal maupun konservatif.
Toleransi Antar Umat (Beragama)
Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negeri Indonesia yang menyatakan keanekaragaman orang, sosial, budaya, agama, dan lain-lain yang mengisi bumi pertiwi ini. Suatu konflik akan dekat kehadirannya dalam suatu keanekaragaman. Konflik mempunyai sisi negatif yang kental yang seyogyanya harus dihindari. Konflik dapat menimbulkan huru-hara dan kehancuran di muka bumi ini. Toleransi datang sebagai obat untuk menghilangkan konflik. Toleransi antar umat beragama menjadi salah satu ciri utama negara Indonesia, disamping prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, dan gotong royong. Agama Islam yang merupakan agama terbesar yang ada di bumi Indonesia terlihat turut mengusung toleransi antar umat beragama tersebut, dengan acuan hukum “lakum dinnukum waliadin”, bagimu agama-mu bagiku agama-ku.
Selama orde baru, serasa toleransi antar umat beragama berjalan dengan sempurna. Mesjid didirikan berdampingan dengan gereja, dan pure. Doa bersama antar umat beragama kerap digaungkan. Selama 30 tahun lebih toleransi antar umat beragama nyaris tanpa cacat. Kemudian apa yang terjadi dengan toleransi setelah memasuki era reformasi yang mengusung nilai-nilai luhur demokrasi? konflik Ambon, konflik poso muncul sebagai berita utama. Teror bom muncul dimana-mana. Tragedi bom bali 1 dan 2 terkenal sampai ke seluruh dunia.
Siaran di televisi memperlihatkan suatu ormas yang dengan gagah beraninya mematahkan stik bilyard, serta menjungkir balikan meja bilyard dengan dalih mengusung toleransi penghormatan bulan suci ramadhan. Tempat hiburan diskotek, pelipuran, dan life music R&B dirazia dengan dalih mengganggu kekhusuan umat berpuasa. Padahal tempat-tempat tersebut kan kedap suara jadi dimana letak mengganggunya? Yang menyedihkan melihat suatu golongan minoritas seperti ahmadiah, dan golongan yang mengejawantahkan ayat alquran kedalam bahasa kaumnya supaya lebih dimengerti, diusir dan dihancurkan. Yang paling menyakitkan melihat berita tentang penyitaan ketel warung nasi padang yang buka di siang hari ketika bulan puasa, dalihnya mengganggu orang yang sedang berpuasa, padahal warungnya sudah pake gorden dan pedagang nasi tersebut butuh hidup.
Kemana kemudian perginya nilai toleransi antar umat (beragama) tersebut? Atau kah memang tidak seharusnya ada toleransi antar umat (beragama)? Mungkin-kah selama 30 tahun sebetulnya orang-orang hidup dengan kemunafikan mengusung nilai toleransi, sementara dalam dirinya bergejolak nafsu penghancuran? Sulit kiranya untuk mencari jawaban pastinya. Namun demikian patut kita renungkan, setidaknya tidak ada yang protes ketika adzan awal jam 3 pagi dikumandangkan dengan sound sistem yang rebek, yang mungkin saja akan mengganggu orang tidur yang mereka tidak tahu itu nyanyian atau lagu apa yang dikumandangkan atau apa artinya.
Referensi
1. www.id.wikipedia.org/wiki/Toleransi - Tembolok - Mirip
2. www.geodesy.gd.itb.ac.id/heri/?p=40 - Tembolok - Mirip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar